Menjadi Suami Pengertian
eramuslim - Dalam hidup berkeluarga,
peluang terjadinya konflik sangat banyak. Dari persoalan-persoalan yang kecil
hingga persoalan yang besar bisa menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga.
Pensikapan masing-masing, antara suami dan istri sangat menentukan kualitas
hubungan suami dan istri selanjutnya. Sebut saja misalnya ketika seorang istri
teledor saat menggoreng tempe.
Gorengan tempenya hangus,
sebab ia tidak bisa berkonsentrasi pada gorengannya. Telepon
berdering keras, anak yang digendong menangis karena ngompol. Ribet, bingung
dan stres! Sementara sang
suami hanya tidur-tiduran sambil menunggu gorengan tempe tersedia. Kira-kira
apa yang akan dilakukan oleh si suami ketika mengetahui tempe yang
dinanti-nantikannya hangus dan tidak bisa dimakan?
Menyikapi kasus
tempe hangus seperti itu, setiap suami mungkin akan berlainan sikapnya.
Seorang suami
mungkin akan mengatakan, "Kamu gimana sih, masa goreng tempe saja nggak
bisa...?! Emang dulu nggak pernah diajarin ibu kamu masak?"
Pedas, ketus dan
menusuk! Suami itu marah-marah dan tidak mau tahu apa yang dialami istri. Ia
hanya mau tempe kesayangannya tidak hangus dan bisa segera ia makan. Ia tidak
mau tahu betapa susah istrinya menggoreng tempe dengan seabrek kesibukan yang
harus ia tangani. Kesibukan istri yang 'super heboh' tidak membuatnya
ber-empati pada istri tercintanya.
Sebagian suami
lain akan bersikap berbeda. Saat mengetahui tempe yang digoreng istrinya
hangus, ia mengatakan, "Cara menggoreng tempe itu begini lho... begitu
saja tidak bisa." Mulutnya ngedumel sembari mengajari istrinya menggoreng
tempe. Sementara istrinya dibiarkan merasa bersalah dengan merasa 'bego' seolah
sama sekali tidak bisa menggoreng tempe.
Tentu saja dua
model pensikapan suami tersebut menimbulkan dampak yang berbeda pada sikap
istri. Sebagian besar istri akan membenci suami-suaminya bila suami berbuat
demikian. Mereka akan mengatakan suami mereka adalah suami yang galak, sok
tahu, dan hanya mau menang sendiri.
Lain halnya bila
seorang suami memiliki sikap yang manis. Meski tempe yang digoreng hangus, ia
bisa mendatangi istri dengan lembut seraya berkata, "Kamu sedang letih ya,
Mah. Ada yang bisa saya bantu untuk meringankan beban kamu?" Dengan kata-kata
menyentuh seperti itu, seorang istri bisa saja langsung menangis saking
terharunya. Hatinya yang panas membara seolah diguyur
air es yang dingin dari kutub selatan. Byuurrr! Ia merasa suaminya bagaikan
sosok lelaki yang penuh pengertian dan penuh perhatian. Bukan kecaman yang ia
terima, bukan makian yang ia dapatkan. Namun ia justru mendapatkan perhatian
yang luar biasa dari suami tercinta. Hilanglah kepenatan pekerjaan. Hilanglah
kegalauan hati dan pikiran. Semuanya sirna hanya karena kata-kata. Tempe yang hangus sudah
dilupakan. "Masa bodo dengan tempe
hangus." katanya dalam hati.
Inilah yang dibutuhkan dalam menyikapi
konflik. Rasa empati dan
perhatian yang proporsional merupakan air segar di kala dahaga konflik mulai
menggarang. Jadilah suami pengertian agar istri merasa tenang di kala
membutuhkan. Sehingga bahtera rumah tangga akan semakin aman berlayar
mengarungi dahsyatnya hidup yang penuh ombak dan gelombang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar